Pernahkah kamu merasa, saat pertama kali bertemu seseorang, entah kenapa langsung merasa "klik" atau justru sebaliknya, merasa ada sesuatu yang kurang nyaman? Mungkin kamu menyebutnya intuisi, firasat, atau bahkan "aura". Tapi, benarkah kita bisa merasakan aura orang lain? Dan jika iya, apa sebenarnya yang terjadi di balik fenomena ini?
Mari kita telaah lebih dalam. Sebenarnya, bukan berarti kita memiliki indra keenam yang bisa melihat pancaran energi mistis. Penjelasan ilmiahnya jauh lebih menarik dan kompleks, melibatkan kombinasi observasi, pengalaman, dan proses bawah sadar yang terjadi di otak kita.
Bahasa Tubuh: Jendela Menuju Emosi
Sadarkah kamu, sekitar 55% komunikasi kita terjadi melalui bahasa tubuh? Gerakan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, hingga intonasi suara – semua itu mengirimkan sinyal tanpa kita sadari. Ilmuwan menyebutnya nonverbal communication. Sinyal-sinyal ini, yang seringkali terjadi dalam hitungan milidetik, diproses oleh otak kita, terutama oleh bagian yang disebut amygdala, pusat emosi dan memori.
Amygdala kita terus-menerus memindai lingkungan sekitar untuk mencari ancaman atau peluang. Ketika bertemu seseorang, amygdala akan "membaca" bahasa tubuhnya, membandingkannya dengan pengalaman masa lalu kita, dan dengan cepat memberikan penilaian. Jika bahasa tubuhnya menunjukkan tanda-tanda stres, ketidakjujuran, atau agresi, amygdala akan memicu respons ketakutan atau ketidaknyamanan.
Contohnya, seseorang yang sering menyentuh wajahnya saat berbicara mungkin dianggap gugup atau menyembunyikan sesuatu. Seseorang yang menghindari kontak mata bisa diartikan tidak percaya diri atau bahkan berbohong. Meskipun kita tidak menyadarinya secara eksplisit, otak kita merekam dan menginterpretasi informasi-informasi ini.
Ekspresi Mikro: Detektif Emosi Tersembunyi
Lebih dari sekadar bahasa tubuh, ada yang namanya ekspresi mikro. Ini adalah ekspresi wajah yang sangat singkat, hanya berlangsung sepersekian detik, yang mengungkap emosi sebenarnya seseorang. Ekspresi mikro terjadi secara tidak sadar, bahkan ketika seseorang berusaha menyembunyikan perasaannya.

Dr. Paul Ekman, seorang psikolog terkenal, telah melakukan penelitian ekstensif tentang ekspresi mikro. Ia menemukan bahwa ada tujuh emosi universal yang memiliki ekspresi mikro yang sama di seluruh budaya: kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, ketakutan, jijik, kejutan, dan penghinaan.
Meskipun sulit dideteksi dengan mata telanjang, otak kita sebenarnya dilatih untuk mengenali ekspresi mikro. Pengalaman dan interaksi sosial membentuk "perpustakaan" ekspresi mikro di otak kita, yang memungkinkan kita untuk secara intuitif merasakan emosi orang lain.
Mirror Neuron: Empati dalam Tindakan
Faktor lain yang berperan dalam kemampuan kita merasakan "aura" adalah mirror neuron. Ini adalah neuron di otak yang aktif ketika kita melakukan suatu tindakan dan ketika kita melihat orang lain melakukan tindakan yang sama. Mirror neuron memungkinkan kita untuk "berempati" dengan orang lain, seolah-olah kita mengalami sendiri apa yang mereka rasakan.
Misalnya, ketika kita melihat seseorang tersenyum, mirror neuron di otak kita akan aktif seolah-olah kita juga tersenyum. Ini membantu kita memahami emosi orang lain dan merasakan apa yang mereka rasakan. Jadi, ketika kita bertemu seseorang yang bahagia, kita cenderung merasa lebih bahagia juga.
Jadi, Apakah "Aura" Itu Nyata?
Mungkin tidak dalam arti metafisik. Namun, kemampuan kita untuk merasakan "aura" orang lain adalah bukti betapa canggih dan kompleksnya otak manusia. Kita terus-menerus memproses informasi dari lingkungan sekitar, termasuk bahasa tubuh, ekspresi mikro, dan sinyal nonverbal lainnya. Informasi ini diolah secara bawah sadar dan memberikan kita kesan atau "firasat" tentang orang lain.
Apakah kita bisa melatih kemampuan ini? Tentu saja! Dengan lebih memperhatikan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan intonasi suara, kita dapat meningkatkan kesadaran kita terhadap sinyal-sinyal nonverbal dan menjadi lebih peka terhadap emosi orang lain.
Pertanyaannya sekarang adalah, setelah mengetahui ini, apakah kamu akan lebih memperhatikan "sinyal-sinyal" yang dikirimkan orang lain di sekitarmu? Dan bagaimana kamu akan menggunakan pemahaman ini untuk meningkatkan interaksi sosialmu?











